Jumat, 27 November 2015

Kutipan, Catatan Kaki dan Daftar Pustaka


Kutipan, Catatan Kaki dan Daftar Pustaka

KUTIPAN

A.        Definisi Kutipan
Dalam penulisan-penulisan ilmiah, baik penulisan artikel-artikel ilmiah, karya-karya tulis maupun penulisan skripsi dan disertasi seringkali dipergunakan kutipan-kutipan untuk menegaskan isi uraian atau untuk membuktikan apa yang dikatakan. Tetapi apa sebenarnya kutipan?
Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat salinan kalimat atau paragraf yang diambil dari berbagai sumber. Sumber-sumber tersebut seperti seorang pengarang atau ucapan orang terkenal, baik yang terdapat dalam buku, jurnal, maupun terbitan lain.[1]
Pada umumnya, kutipan harus sama dengan aslinya. Baik mengenai susunan kata-katanya, ejaannya maupun mengenai tanda bacanya.[2] Dalam hal ini kutipan ditulis untuk menegaskan isi uraian, memperkuat pembuktian dan kejujuran menggunakan sumber penulisan.

Contoh Kutipan :
Isu Millenium Bug atau yang lebih dikenal dengan istilah Y2K berpengaruh besar terhadap peningkatan penjualan komputer. Di Indonesia, sejak kwartal pertama tahun 1999, penjualan komputer mengalamai peningkatan hingga 50-200%. Menurut Ir. Budi Prasetyo, M.Com dari perusahaan distributor komputer merek Dell, penjualan Personal Computer (PC) Wearnes meningkat sebesar 55% dibandingkan angka penjualan tahun sebelumnya (Bisnis Indonesia, 2 Mei 1999: 40). Peningkatan yang sama juga dialami oleh perusahaan komputer Compaq, yaitu berkisar 50-57% pada akhir bulan Maret 1999 sebagaimana diutarakan oleh Direktur PT Compaq Computer Indonesia, B.T. Lim,
“peningkatan penjualan komputer Compaq sebesar 200% selama tiga bulan pertama tahun 1999 disebabkan oleh kegiatan komputerisasi untuk menghadapi Y2K dan segmen bisnis layanan” (Atmadi dan Purwito 1999:12).
B.        Fungsi Kutipan
Pemkiran yang mendasari penggunaan kutipan, yaitu:
1.      Menunjukkan kualitas ilmiah yang lebih tinggi.
2.      Menunjukkan kecermatan yang lebih akurat.
3.      Memudahkan penilaian penggunaan sumber data.
4.      Memudahkan pembedaan data pustaka dan keterangan tambahan.
5.      Mencegah pengulangan penulisan data pustaka.
6.      Meningkatkan estetika penulisan.
7.      Memudahkan penijauan kembali penggunaan referensi.
8.      Memudahkan penyuntingan naskah yang terkait dengan data pustaka.
9.      Menunjukkan kualitas kecerdasan akademis penulisnya[3].
10.  Penunjukkan adanya bagian lain dalam naskah yang dapat ditelusuri kebenaran faktanya.
C.        Prinsip dalam mengutip
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh penulis pada waktu membuat
            kutipan, antara lain :
1.      Jangan mengadakan perubahan
Pada waktu mengadakan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya. Bila pengarang menganggap perlu untuk mengadakan perubahan tekniknya, maka ia harus menyatakan atau memberi keterangan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan tertentu. Misalnya dalam naskah aslinya tidak ada kalimat atau bagian kalimat yang diletakkan dalam huruf miring (kursif) atau digaris bawahi, tetapi oleh pertimbangan penulis, kata-kata atau bagian kalimat tertentu itu diberi huruf tebal, huruf miring, atau direnggangkan. Pertimbangan untuk mengubah teknik itu bisa bermacam-macam : untuk memberi aksentuasi (tekanan), contoh, pertentangan, dan sebagainya. Dalam hal yang demikian, penulis harus memberi keterangan dalam tanda kurung segi empat […] bahwa perubahan itu dibuat sendiri oleh penulis, dan tidak ada dalam teks aslinya. Keterangan dalam tanda kurung segi empat itu, misalnya berbunyi sebagai berikut : [huruf miring dari saya, penulis].

2.      Bila ada kesalahan
Bila dalam kutipan itu terdapat kesalahan atau keganjilan, entah dalam persoalan atau dalam soal-soal ketaabahasaan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Ia hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari kutipan itu.
Dalam hal terakhir ini, kutipan tetap dilakukan, hanya penulis diperkenankan mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalahan tersebut. Perbaikan atau catatan itu dapat ditempatkan dalam tanda kurung segi empat […] seperti halnya dengan perubahan teknik seperti telah kemukakan di atas. Catatan dalam tanda kurung segi empat itu langsung ditempatkan dibelakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki, diberi catatan, atau yang disetujui itu. Misalnya kalau kita tidak setuju dengan bagian itu, maka biasanya diberi catatan singkat [sic].
Kata sic yang ditempatkan dalam tanda kurung segi empat menujukkan bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu, ia sekedar mengutip sesuai dengan apa yang terdapat dalam naskah aslinya.
Contoh :
“Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam karya tulis ini kami selalu berusaha mencari bentuk kata yang mendukung makan [sic] sentral/distribusi yang terbanyak sebagai bahan dari daftar Swadesh.”
Kata makan dalam kutipan di atas sebenarya salah cetak; seharusnya makna. Namun, dalam kutipan, penulis tidak boleh langsung memperbaiki kesalahan itu. Ia harus memberi catatan bahwa ada kesalahan dan ia sekedar mengutip sesuai aslinya. Untuk karya-karya ilmiah penggunaan sic dalam tanda segi empat yang ditempatkan langsung dibelakang kata atau bagian yang bersangkutan, dirasakan lebih mantap.

3.      Menghilangkan bagian kutipan
Dalam kutipan-kutipan diperkenankan pula menghilangkan bagian- bagian tertentu dengan syarat bahwa penglihatan bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya. Penghilangan bagian itu biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik spasi (…). Jika unsur yang dihilangkan itu terdapat pada akhir sebuah kalimat, maka ketiga titik berspasi itu ditambah sesudah titik yang mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan itu terdiri dari satu alinea atau lebih, maka biasanya dinyatakan dengan titik berspasi sepanjang satu baris halaman. Bila ada tanda kutip, maka titik-titik itu baik pada awal maupun pada akhir kutipan harus dimasukkan dalam tanda kutip sebab unsur yang dihilangkan itu dianggap sebagai bagian dari kutipan.
Contoh bagian kalimat yang dihilangkan :
~ Naskah asli
Demikian pula nilai sosial kata harus sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, antara lain apakah ada kata-kata yang tabu, sakral, atau yang berkonotasi lain.
~ Kutipan
“Demikian pula nilai sosial kata harus sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, ….. .”

Contoh bagian alinea yang dihilangkan :
~ Naskah asli
Kaidah sosial berhubungan erat dengan persyaratan kesesuaian pemilihan kata. Kata yang digunakan harus sesuai dengan kesempatan atau situasi yang dimasuki. Pada situasi resmi (formal) digunakan kata-kata baku, sedangkan pada situasi tidak resmi (nonformal) dapat digunakan kata-kata nonbaku. Situasi masyarakat pendengar dan pembaca yang menjadi sasaran harus diperhatikan, baik umurnya, golongannya, maupun pendidikannya.

Kutipan
“Kaidah sosial berhubungan erat dengan persyaratan kesesuaian pemilihan kata. Kata yang digunakan harus sesuai dengan kesempatan atau situasi yang dimasuki………….

D.       Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Mengutip, diantaranya:
1.      Penulis mempertimbangkan bahwa kutipan itu perlu.
2.      Penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan.
3.      Kutipan dapat terkait dengan penemuan teori.
4.      Jangan terlalu banyak mempergunakan kutipan langsung.
5.       Penulis mempertimbangkan jenis kutipan dan kaintannya dengan sumber rujukan.[5]

E.        Macam-macam kutipan
Terdapat beberapa jenis kutipan, yaitu :
1.      Kutipan Langsung
2.      Kutipan tidak langsung
3.      Kutipan pada catatan kaki
4.      Kutipan atas ucapan lisan
5.      Kutipan dalam kutipan
6.      Kutipan langsung pada materi

Namun disini saya akan membahas lebih dalam mengenai Kutipan langsung dan Kutipan tidak langsung. Berikut ini penjelasannya :
1.      Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah kutipan yang sama persis seperti kutipan aslinya, atau sumber yang kita ambil untuk mengutip. Disini kita sama sekali tidak boleh merubah atau menghilangkan kata atau kalimat dari sumber kutipan kita.Kalaupun ada keraguan atau kesalahan dalam kutipan yang kita ambit tersebut kita hanya dapat memandakannya dengan [sic!] yang menandakan kita mengutip langsung tanpa ada editan dan kita tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan dari kutipan ynag kita ambil. Bila dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh pengutip,harus digunakan huruf siku [ ….. ]. Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan,memberi huruf kapital,garis bawah,atau huruf miring,kita perlu menjelaskan hal tersebut, missal [ huruf miring dari pengutip ],[ ejaan disesuaikan dengan EYD ],dll.

2.      Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang telah kita ringkas intisarinya dari sumber kutipan aslinya. Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda petik.Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki,dapat juga dengan sistem catatan langsung ( catatan perut ) seperti telah dicontohkan.
F.         Teknik Mengutip
Perbedaan antara kutipan langsung dan kutipan tidak langsung (kutipan isi) akan membawa akibat yang berlainan pada saat memasukannya dalam teks. Begitu pula cara membuat kutipan itu. Agar tiap-tiap jenis kutipan dapat dipahami dengan lebih jelas, perhatikanlah cara-cara berikut :
1.      Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris
Sebuah kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih dati empat baris ketikan, akan dimasukkan dalam teks dengan cara-cara sebagai berikut :
a.      Kutipan itu diintegrasikan langsung dalam teks;
b.      Kutipan itu diapit dengan tanda kutip;
c.       Jarak antara baris dengan baris dua spasi;
d.      Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukkan setengah spasi ke atas, atau dalam tanda kurung di tempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Contoh :
Arti detugasi dapat kita lihat melalui batasan-batasan berikut : “Detugasi atau pemberian merupakan sebuah bentuk yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan” (Gorys, 1981 : 93).

2.      Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
Kutipan langsung yang panjangnya lebih  dari empat baris ketikan ditulis dengan cara-cara berikut :
a.      Kutipan itu dipisahkan dari teks dengan jarak dua setengah spasi;
b.      Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi;
c.       Kutipan itu dapat diapit atau tidak dengan tanda kutip;
d.      Sesudah kutipan diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau ditempatkan dalam tanda kurung nama sigkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu;
e.      Seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan; bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan ke dalam lagi 5-7 ketikan.
Contoh :
                                                                ...........
 “Suatu fikiran yang telah tersebar dengan luas sekali di kalangan orang banyak yang menggambarkan buku-buku sebagai benda-benda tak berjiwa, tidak effektif [sic!], serba damai yang pada tempatya sekali berada dalam kelindungan-kelindungan sejak dan ketenangan akademis dari biara-biara dan universitas-universitas dan tempat-tempat pengasingan dari yang lain yang jauh dari dunia yang jahat dan matrealistis ini" (Asrul Sani, 1959:7).

3.      Kutipan tak langsung
Dalam kutipan tak langsung biasanya inti atau sari pendapat itu yang dikemukakan. Sebab itu, kutipan tak langsug tidak boleh mempergunakan tanda kutip. Beberapa syarat harus diperhatikan untuk membuat kutipan tak langsung :
a.      Kutipan itu diintegrasikan dengan teks;
b.      Jarak antara baris dengan baris dua spasi;
c.       Kutipan tidak dapat diapit dengan tanda kutip;
d.      Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan spasi ke atas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Contoh
                          ...........                       
Pertama-tama harus dibedakan dahulu atara kata ‘aksen’ dan ‘tekanan’. Dalam tata istilah ilmu bahasa ‘aksen’ tidak sama dengan ‘tekanan’. Aksen lebih luas maknanya daripada tekanan. Tata aksen dalam suatu bahasa memperbedakan suku-suku kata (yang sama bentuk foneiksegmentalnya) dengan jalan titinada, kontur lagu, jangka bunyi, dan tekanan. Dengan kata lain, tekanan itu hanya satu bagian dari kata aksen, di samping unsur titinada, kontur dan jangka. (Hockett, 1955:43-66).

Catatan Kaki
A.      Catatan kaki
Catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditulis di bagian bawah setiap lembaran atau akhir bab karangan ilmiah. Catatan kaki biasa digunakan untuk memberikan keterangan dan komentar, menjelaskan sumber kutipan atau sebagai pedoman penyusunan daftar bacaan/bibliografi.

B.      Sistematika penulisan sunting
1.      empat belas karakter dari margin kiri dan berjarak empat spasi dari teks.
2.      Catatan kaki diketik berspasi satu.
3.      Diberi nomor.
4.      Nomor catatan kaki diketik dengan jarak enam karakter dari margin kiri.
5.      Jika catatan kakinya lebih dari satu baris maka baris kedua dan selanjutnya dimulai seperti margin teks biasa (tepat pada margin kiri).
6.      Jika catatan kakinya lebih dari satu maka jarak antara satu catatan dengan catatan yang lainnya adalah sama dengan jarak spasi teks.
7.      Jarak baris terakhir catatan kaki tetap 3 cm dari pinggir kertas bagian bawah.
8.      Keterangan yang panjang tidak boleh dilangkaukan ke halaman berikutnya. Lebih baik potong tulisan asli daripada memotong catatan kaki.
9.      Jika keterangan yang sama menjadi berurutan (misalnya keterangan nomor 2 sama dengan nomor 3, cukup tuliskan kata ibid daripada mengulang-ulang keterangan catatan kaki.
10.  Jika ada keterangan yang sama tapi tidak berurutan, berikan keterangan op.cit., lih [x] [x] merupakan nomor keterangan sebelumnya.
11.  Jika keterangan seperti opcit tetapi isinya keterangan tentang artikel, gunakan loc.cit.
12.  Untuk keterangan mengenai referensi artikel atau buku tertentu, penulisannya mirip daftar pustaka, tetapi nama pengarang tidak dibalik.

C.      Jenis-Jenis Catatan Kaki
Ada dua jenis catatan kaki yang biasa digunakan dalam penulisan karya ilmiah, yaitu:
1.      Catatan Kaki Lengkap ditulis lengkap dengan mencantumkan nama pengarang, judul buku, nama, atau nomor seri (jika ada), jumlah jilid (jika ada), nomor cetakan, nama penerbit, tahun terbit, dan nomor halaman.
2.      Catatan Kaki Singkat ditulis singkat dan terdiri dari 3 macam yaitu:
a.      Ibid. (Singkatan dari Ibidum, artinya sama dengan di atas), untuk catatan kaki yang sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat di atasnya. Ditulis dengan huruf besar, digarisbawahi, diikuti titik (.) dan koma (,) lalu nomor halaman.
b.      Op.cit. (Singkatan dari opere citato, artinya dalam karya yang telah dikutip), dipergunakan untuk catatan kaki dari sumber yang pernah dikutip, tetapi telah disisipi catatan kaki lain dari sumber lain. Urutannya : nama pengarang, op.cit nomor halaman.
c.       Loc.cit. (Singkatan dari. loco citato, artinya tempat yang telah dikutip), seperti di atas tetapi dari halaman yang sama : nama pengarang loc.cit (tanpa nomor halaman).


DAFTAR PUSTAKA
  1. Pengertian Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar yang berisikan sumber-sumber informan yang telah digarap oleh penulis sebagai bukti validnya data yang ia ambil. Sumber bacaan tersebut bisa berupa bacaan yang dipublikasikan maupun belum, sumber bacaan yang dipublikasikan seperti buku, majalah, surat kabar, dan yang belum dipublikasikan seperti makalah, keras kerja, skripsi, tesis, dan disertasi. Melalui daftar pustaka ini, pembaca dapat mengetahui segala sumber-sumber yang telah digunakan dalam karangan ilmiah. Dan selain itu, daftar pustaka dapat juga menjadi tolol ukur bagi pembaca yang berpengalaman, dengan melihat juga memahami bertalian atau tidak sumber-sumber yang digunakan dengan isi pembahasan dan mereka juga dapat menilai mutu pembahasan karya ilmiah tersebut[9].
Dalam karangan ilmiah, daftar pustaka ditempatkan pada bagian tersendiri dan disusun secara alfabetis berdasarkan nama pengarangnya. Untuk menyusun sebuah daftar pustaka, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini.
1.      Nama pengarang yang dipakai dalam urutan adalah nama keluarga. Jika terdapat nama gelar, maka nama tersebut tidak dicantumkan. Jika nama pengarang terdiri atas dua atau tiga nama, maka nama-nama tersebut dicantumkan semuanya dan nama pengarang paling depan dicantumkan nama keluarga terlebih dahulu, sedangkan nama pengarang kedua atau ketiga tidak. Apabila nama pengarang lebih dari tiga, maka dicantumkan mana yang paling depan dan diikuti dengan singkatan et. al. atau dkk. Jika nama keluarga sulit diketahui, maka nama pengarang yang terdiri dari atas dua atau tiga kata dapat digunakan patokan nama belakang dianggap sebagai nama keluarga.
2.      Apabila buku atau artikel tidak memilliki nama pengarang, maka nama badan atau lembaga yang menerbitkan buku atau artikel itu yang dimasukkan dalam urutan alphabet.
3.      Jika beberapa sumber bacaan yang digunakan merupakan hasil karya seorang pengarang, maka nama pengarang tidak dicantumkan pada sumber berikutnya. Sebagai ganti digunakan garis sepanjang lima atau sampai tujuh ketikan.
4.      Apabila terdapat dua sumber atau lebih dari seorang pengarang yang dimasukkan ke dalam daftar pustaka, maka sumber tersebut disusun menurut tahun terbitnya.
5.      Apabila terdapat dua sumber atau lebih dari seorang pangarang yang diterbitkan pada tahun yang sama, maka di belakang tahun diberi nomor urut a, b, c, dan seterusnya.
6.      Judul buku ditulis dengan huruf miring atau bergaris bawah. Judul artikel ditulis dalam tanda petik rangkap (“…”) dan nama majalah atau surat kabar tempat artikel tersebut ditulis dengan huruf miring atau bergaris bawah. Jika pustaka itu berupa makalah, skripsi, tesis, atau disertasi, maka judul ditulis dalam tanda petik rangkap, sedangkan etiket judul tersebut ditulis dengan huruf miring atau dengan garis bawah.
7.      Data publikasi dalam daftar pustaka terdiri atas tempat penerbitan, nama badan penerbit, dan tahun penerbitan yang ditulis dengan angka Arab.
8.      Jarak antara baris dengan baris untuk satu sumber adalah satu spasi, tetapi jarak antara sumber yang lain adalah dua spasi.
9.      Baris pertama dimulai dari margin kiri, sedangkan baris kedua dan seterusnya dalam setiap sumber dimasukkan ke dalam sebanyak 4 ketikan.

Cara menulis daftar pustaka bermacam-macam. Penulis boleh memakai cara yang mana saja asal sudah disepakati dan taat asas. Cara menulis daftar pustaka dalam karangan ilmiah yang disarankan adalah dengan urutan sebagai berikut:
-          Nama pengarang (nama keluarga/nama belakang) diikuti tanda koma (,) kemudian ditulis nama depan atau singkatannya dan diikuti tanda titik (.),
-          Tahun penerbitan diikuti tanda titik (.),
-          Judul buku ditulis dengan huruf miring dan diikuti tanda titik. Judul artikel dalam majalah, buloetin, dan surat kabar ditulis dalam petik rangkap diikuti tanda koma (,). Selanjutnya, nama majalah, buletin, dan surat kabar ditulis dengan huruf miring atau dengan garisbawah dan diikuti tanda koma (,),
-          Tempat penerbitan diikuti tanda titik dua (:) dan selanjutnya nama badan penerbit diikutu tanda titik (.).
-          Untuk majalah dan buletin, setelah nama majalah atau buletin dicantumkan nomor penerbitan (jika ada) dan diikuti tanda titik dua (:), selanjutnya dicantumkan nomor halaman tempat artikel itu berada dan diikuti tanda titik (.). untuk surat kabar, setelah nama surat kabar ditulis tanggal, bulan, dan tahun diikuti tanda koma. Pencantuman tahun di belakang bersifat manasuka karena sudah dicantumkan di depan. Selanjutnya, ditulis nomor halaman tempat artikel itu berada dan diikuti tanda titik.

Contoh:
Alwasilah, A. C. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Alwi, H. 1993. “Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000”, Makalah, dalam kongres Bahasa Indonesia VI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Anwar, K. 1984. Fungsi dan Persatuan Bahasa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Arikunto,S. 1989. Manajemen Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Dirjen Dikti, P2LPTK.
Badudu, J.S. 1992. Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
_______ 1993. Cakrawala Bahasa Indonesia I. Cetakan Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
_______ 1995. “Cintakah Anda kepada Bahasa Indonesia?”, Pikiran Rakyat, 18 April 1995, hlm. 8.
Marcellino, M. (1990). “Kata Pinjaman bahasa Barat dalam Media Bahasa Indonesia”, dalam Linguistik Indonesia, Nomor 2 tahun 8:27-35

REFERENSI :
http://rewimolok.blogspot.com/2012/04/pengutipan.html
http://lytasapi.wordpress.com/2010/06/05/pengertian-fungsi-dan-jenis-kutipan/
http://www.maribelajarbk.web.id/2015/03/pengertian-dan-contoh-catatan-kaki.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Catatan_kaki

KERANGKA KARANGAN (OUTLINE)


KERANGKA KARANGAN

A.   Pengertian Outline (Kerangka Karangan)

Pengertian Outline
Pengertian Outline menurut bahasa adalah kerangka, regangan, garis besar, atau guratan. Outline merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.

Pengertian Karangan
Karangan adalah karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi dan persuasi.

Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Kerangka karangan yang belum final di sebut outline sementara kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final.

Dapat disimpulkan bahwa kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas, susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan, atau dapat juga didefinisikan sebagai satu metode dalam pembuatan karangan yang mana topiknya dipecah kedalam sub-sub topik dan mungkin dipecah lagi kedalam sub-sub topik yang lebih terperinci.

B.   Manfaat & Fungsi Outline (Kerangka Karangan)

Manfaat Kerangka Karangan
Memudahkan penyusunan kerangka secara teratur sehingga karangan menjadi lebih sistematis dan mencegah penulis dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik atau judul.
Membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
Dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan 
Pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.
Menghindari timbulnya pengulangan pembahasan.
Memperlihatkan bagian-bagian pokok karangan secara memberaikan kemungkinan bagi perluasan bagian-bagian tersebut sehingga membantu penulis menciptakan suasana yang berbeda-beda dengan fariasi yang diinginkan. 
Membantu mengumpulkan data dan sumber-sumber yang diperlukan.
Fungsi Kerangka Karangan

           1.      Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis.
           2.      Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan.
           3.      Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting.

C.   Pola Susunan Kerangka Karangan

      1.      Pola Ilmiah
       Suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan kenyataan yang nyata di alam.
·        Urutan waktu
Urutan yang didasarkan pada urutan peristiwa atau kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contoh : Riwayat hidup


·        Urutan ruang
Mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasa digunakan dalam tulisan–tulisan yang bersifat deskriptif.
Contoh : Meletusnya Gunung Berapi di Tanah Jawa.

·        Urutan topik yang ada
Suatu peristiwa yang sudah di kenal dengan bagian–bagian tertentu. Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian–bagian itu harus di jelaskan berturut–turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian–bagiannya itu.

2.   Pola Logis
      Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan,
      mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis . Urutan logis sama sekali tidak ada
      hubungan dengan suatu ciri yang intern dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis.
·        Urutan klimaks dan antiklimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol.

·        Urutan kausal
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab. Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian–perincian yang menelusuri akibat–akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan–persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.

·        Urutan pemecahan masalah
Di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif–alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.

·        Urutan umum-khusus
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti dengan pembahasan secara terperinci (khusus).

·        Urutan familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur–angsur pindah kepada hal–hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.

·        Urutan akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca.

D.   Macam dan Sayarat Kerangka Outline (Kerangka Karangan)

Macam-macam Kerangka Karangan
              1.      Berdasar Sifat Rinciannya:
               Kerangka Karangan Sementara / Non-formal:
                a) topiknya tidak kompleks
                b) akan segera digarap
               Kerangka Karangan Formal:
a) topiknya sangat kompleks
b) topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap
               Cara kerjanya:
Rumuskan tema berupa tesis , kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut Kerangka Karangan Formal.
          2.   Berdasar perumusan teksnya
   a)      Kerangka Kalimat
   b)      Kerangka Topik
   c)      Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik

Syarat – Syarat Menyusun Kerangka Karangan
            1.      Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
            2.      Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
            3.      Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis.
            4.      Harus menggunakan simbol yang konsisten.
E.   Langkah – langkah Membuat Kerangka Karangan

      1.   Menentukan tema dan judul
Tema sangat terpengaruh terhadap wawasan penulis. semakin banyak penulis membiasakan membaca buku, semakin banyak aktifitas menulis akan memperlancar penulis memperoleh tema. namun, bagi pemula perlu memperhatikan beberapa hal penting agar tema yang diangkat mudah dikembangkan. diantaranya :        

·         Jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu luas.
·         Pilih tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan.
·         Pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh.

Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik yang lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas.
·        Judul tidak harus sama dengan topik.
·     Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas.
·    Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, sehingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya.
·      Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok dengan temanya.
·     Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya itu.
·    Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang, misalnya dalam sebuah laporan eksposisi.
Contohnya :
“Suatu Penelitian tentang Korelasi antara Kejahatan Anak-anak dan Tempat Kediaman yang Tidak Memadai”.

           Syarat judul yang baik :
·     Harus relevan, judul harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau dengan beberapa bagian yang penting dari tema tersebut.
·   Judul harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi buku atau karangan.
·     Harus singkat, tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. Bila harus membuat judul yang panjang, ciptakanlah judul utama yang singkat dengan judul tambahan yang panjang.
·       Tidak provokatif.

           Judul karangan yang baik :
·         singkat dan padat,
·         menarik perhatian, serta
·         menggambarkan garis besar (inti) pembahasan.

Contoh : Upaya menurunkan risiko kemacetan di DKI Jakarta.
Tujuan dapat diungkapkan dengan kata operasional :
·         Menanggulangi
·         Mengurangi
·         Menemukan
·         Meningkatkan
·         Mengoptimalkan
·         Mengevaluasi
·         Mengendalikan

      2.   Mengumpulkan bahan
Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. Perlu ada dasar bekal dalam melanjutkan penulisan.
Untuk membiasakan, kumpulkanlah kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis) dalam berbagai bidang dengan rapi. Hal ini perlu dibiasakan calon penulis agar ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. Banyak cara memngumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing-masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.

      3.   Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. Berikut ini petunjuk-petunjuknya :
·         Hal penting semampunya.
·         Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
·         Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.

      4.   Membuat kerangka
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi atau uraian per bab. Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna. Berikut fungsi kerangka karangan :
·         Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis
·         Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan
·         Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting

Tahapan dalam menyusun kerangka karangan :
·     Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul)
·         Mengatur urutan gagasan
·         Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab
·         Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap

Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis. Karena bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir).

      5.    Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan materi yang hendak di tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan materi yang dikumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan. pengembangan karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Begitu juga dengan pengembangannya.
F.    Sumber

      1.      http://www.slideshare.net/mutaqodaswaja/bab-tentang-karangka-karangan
      2.      http://azizturn.wordpress.com/2009/11/21/kerangka-karangan/
      3.   http://rcardiansyah.blogspot.com/2011/10/makalah-bahasa-indonesia-kerangka.html#.Upn1SUr1DIV

LANGKAH MUDAH MEMBUAT KERANGKA KARANGAN :
     1.   Menentukan tema .Pertama yang anda harus lakukan adalah memikirkan tema apa yang ingin anda kembangkan menjadi sebuah tulisan .
      2.    Penetuan judul . Setelah menemukan tema yang ingin anda tuliskan,langkah selanjutnya pikirkanlah tentang penetapan judul yang akan ditulis. Contoh :
Tema :Budidaya Jagung
Judul : Budidaya Jagung di Lahan Terbatas
     3.       Alur.Untuk naskah non fiksi,mungkin penulis tidak perlu repot memikirkan alur dan plot.Namun, bagi penulis fiksi alur adalah hal yang tidak boleh dikesampingkan.
      4.       Menetapkan jumlah bab dan sub bab.
      5.       Kumpulkan bahan penunjang agar pembuatan outline semakin mudah
Contoh keranka karangan formal, perhatikan contoh dibawah ini :
Topik    : Penggunaan kompor briket batubara
Judul     : Dilema Penggunaan Kompor Briket Batubara dan Penanggulangannya
Tujuan : Memperoleh jalan keluar dari dilema penggunaan kompor briket batubara dengan meningkatnya pencemaran
Rumusan Masalah : Upaya apa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar tanpa menimbulkan masalah baru.
Aspek yang diteliti :
a. kebutuhan bahan bakar masyarakat Indonesia
b. sumber bahan bakar di Indonesia
c. cadangan bahan bakar di Indonesia
d. kenyataan yang terjadi di masyarakat saat ini berkaitan dengan kebutuhan dan penggunaan bahan bakar batubara sebagai bahan bakar alternatif
e. efek negatif batubara sebagai bahan bakar alternatif
f. jalan keluar atas dilema penggunaan kompor briket batubara
Metode Penelitian :
studi pustaka survey melalui wawancara dan penyebaran angket