Kutipan, Catatan Kaki dan Daftar Pustaka
KUTIPAN
A.
Definisi Kutipan
Dalam penulisan-penulisan ilmiah, baik penulisan
artikel-artikel ilmiah, karya-karya tulis maupun penulisan skripsi dan
disertasi seringkali dipergunakan kutipan-kutipan untuk menegaskan isi uraian
atau untuk membuktikan apa yang dikatakan. Tetapi apa sebenarnya kutipan?
Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat salinan kalimat
atau paragraf yang diambil dari berbagai sumber. Sumber-sumber tersebut seperti
seorang pengarang atau ucapan orang terkenal, baik yang terdapat dalam buku,
jurnal, maupun terbitan lain.[1]
Pada umumnya, kutipan harus sama dengan aslinya. Baik
mengenai susunan kata-katanya, ejaannya maupun mengenai tanda bacanya.[2] Dalam
hal ini kutipan ditulis untuk menegaskan isi uraian, memperkuat pembuktian dan
kejujuran menggunakan sumber penulisan.
Contoh
Kutipan :
Isu Millenium Bug atau yang lebih dikenal dengan
istilah Y2K berpengaruh besar terhadap peningkatan penjualan komputer. Di
Indonesia, sejak kwartal pertama tahun 1999, penjualan komputer mengalamai
peningkatan hingga 50-200%. Menurut Ir. Budi Prasetyo, M.Com dari perusahaan
distributor komputer merek Dell, penjualan Personal Computer (PC) Wearnes
meningkat sebesar 55% dibandingkan angka penjualan tahun sebelumnya (Bisnis
Indonesia, 2 Mei 1999: 40). Peningkatan yang sama juga dialami oleh perusahaan
komputer Compaq, yaitu berkisar 50-57% pada akhir bulan Maret 1999 sebagaimana
diutarakan oleh Direktur PT Compaq Computer Indonesia, B.T. Lim,
“peningkatan penjualan komputer Compaq sebesar 200%
selama tiga bulan pertama tahun 1999 disebabkan oleh kegiatan komputerisasi
untuk menghadapi Y2K dan segmen bisnis layanan” (Atmadi dan Purwito 1999:12).
B.
Fungsi Kutipan
Pemkiran
yang mendasari penggunaan kutipan, yaitu:
1. Menunjukkan kualitas
ilmiah yang lebih tinggi.
2. Menunjukkan kecermatan
yang lebih akurat.
3. Memudahkan penilaian
penggunaan sumber data.
4. Memudahkan pembedaan data
pustaka dan keterangan tambahan.
5. Mencegah pengulangan
penulisan data pustaka.
6. Meningkatkan estetika
penulisan.
7. Memudahkan penijauan
kembali penggunaan referensi.
8. Memudahkan penyuntingan
naskah yang terkait dengan data pustaka.
9. Menunjukkan kualitas
kecerdasan akademis penulisnya[3].
10. Penunjukkan adanya bagian
lain dalam naskah yang dapat ditelusuri kebenaran faktanya.
C.
Prinsip dalam mengutip
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh
penulis pada waktu membuat
kutipan, antara lain :
1. Jangan mengadakan
perubahan
Pada waktu mengadakan kutipan langsung, pengarang
tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya. Bila pengarang
menganggap perlu untuk mengadakan perubahan tekniknya, maka ia harus menyatakan
atau memberi keterangan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan tertentu.
Misalnya dalam naskah aslinya tidak ada kalimat atau bagian kalimat yang
diletakkan dalam huruf miring (kursif) atau digaris bawahi, tetapi oleh
pertimbangan penulis, kata-kata atau bagian kalimat tertentu itu diberi huruf
tebal, huruf miring, atau direnggangkan. Pertimbangan untuk mengubah teknik itu
bisa bermacam-macam : untuk memberi aksentuasi (tekanan), contoh, pertentangan,
dan sebagainya. Dalam hal yang demikian, penulis harus memberi keterangan dalam
tanda kurung segi empat […] bahwa perubahan itu dibuat sendiri oleh penulis,
dan tidak ada dalam teks aslinya. Keterangan dalam tanda kurung segi empat itu,
misalnya berbunyi sebagai berikut : [huruf miring dari saya, penulis].
2. Bila ada kesalahan
Bila dalam kutipan itu terdapat
kesalahan atau keganjilan, entah dalam persoalan atau dalam soal-soal
ketaabahasaan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Ia
hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula halnya kalau penulis tidak
setuju dengan suatu bagian dari kutipan itu.
Dalam hal terakhir ini, kutipan tetap
dilakukan, hanya penulis diperkenankan mengadakan perbaikan atau catatan
terhadap kesalahan tersebut. Perbaikan atau catatan itu dapat ditempatkan dalam
tanda kurung segi empat […] seperti halnya dengan perubahan teknik seperti
telah kemukakan di atas. Catatan dalam tanda kurung segi empat itu langsung
ditempatkan dibelakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki, diberi catatan,
atau yang disetujui itu. Misalnya kalau kita tidak setuju dengan bagian itu,
maka biasanya diberi catatan singkat [sic].
Kata sic yang ditempatkan dalam tanda
kurung segi empat menujukkan bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas
kesalahan itu, ia sekedar mengutip sesuai dengan apa yang terdapat dalam naskah
aslinya.
Contoh :
“Demikian juga dengan data bahasa
yang lain dalam karya tulis ini kami selalu berusaha mencari bentuk kata yang
mendukung makan [sic] sentral/distribusi yang terbanyak sebagai bahan dari
daftar Swadesh.”
Kata makan dalam kutipan di atas
sebenarya salah cetak; seharusnya makna. Namun, dalam kutipan, penulis tidak
boleh langsung memperbaiki kesalahan itu. Ia harus memberi catatan bahwa ada
kesalahan dan ia sekedar mengutip sesuai aslinya. Untuk karya-karya ilmiah
penggunaan sic dalam tanda segi empat yang ditempatkan langsung dibelakang kata
atau bagian yang bersangkutan, dirasakan lebih mantap.
3. Menghilangkan bagian
kutipan
Dalam kutipan-kutipan diperkenankan
pula menghilangkan bagian- bagian tertentu dengan syarat bahwa penglihatan
bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna
keseluruhannya. Penghilangan bagian itu biasanya dinyatakan dengan
mempergunakan tiga titik spasi (…). Jika unsur yang dihilangkan itu terdapat
pada akhir sebuah kalimat, maka ketiga titik berspasi itu ditambah sesudah
titik yang mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan itu terdiri
dari satu alinea atau lebih, maka biasanya dinyatakan dengan titik berspasi
sepanjang satu baris halaman. Bila ada tanda kutip, maka titik-titik itu baik
pada awal maupun pada akhir kutipan harus dimasukkan dalam tanda kutip sebab
unsur yang dihilangkan itu dianggap sebagai bagian dari kutipan.
Contoh bagian kalimat yang dihilangkan :
~ Naskah asli
Demikian pula nilai sosial kata harus sesuai dengan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, antara lain apakah ada kata-kata
yang tabu, sakral, atau yang berkonotasi lain.
~ Kutipan
“Demikian pula nilai sosial kata harus sesuai dengan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, ….. .”
Contoh bagian alinea yang dihilangkan
:
~ Naskah asli
Kaidah sosial berhubungan erat dengan persyaratan
kesesuaian pemilihan kata. Kata yang digunakan harus sesuai dengan kesempatan
atau situasi yang dimasuki. Pada situasi resmi (formal) digunakan kata-kata
baku, sedangkan pada situasi tidak resmi (nonformal) dapat digunakan kata-kata
nonbaku. Situasi masyarakat pendengar dan pembaca yang menjadi sasaran harus
diperhatikan, baik umurnya, golongannya, maupun pendidikannya.
Kutipan
“Kaidah sosial berhubungan erat dengan persyaratan
kesesuaian pemilihan kata. Kata yang digunakan harus sesuai dengan kesempatan
atau situasi yang dimasuki………….”
D. Hal-hal yang Perlu
Diperhatikan dalam Mengutip, diantaranya:
1. Penulis mempertimbangkan
bahwa kutipan itu perlu.
2. Penulis bertanggung jawab
penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan.
3. Kutipan dapat terkait
dengan penemuan teori.
4. Jangan terlalu banyak
mempergunakan kutipan langsung.
5. Penulis mempertimbangkan
jenis kutipan dan kaintannya dengan sumber rujukan.[5]
E.
Macam-macam kutipan
Terdapat
beberapa jenis kutipan, yaitu :
1. Kutipan Langsung
2. Kutipan tidak langsung
3. Kutipan pada catatan kaki
4. Kutipan atas ucapan lisan
5. Kutipan dalam kutipan
6. Kutipan langsung pada
materi
Namun disini saya akan membahas lebih dalam mengenai
Kutipan langsung dan Kutipan tidak langsung. Berikut ini penjelasannya :
1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah kutipan yang
sama persis seperti kutipan aslinya, atau sumber yang kita ambil untuk mengutip.
Disini kita sama sekali tidak boleh merubah atau menghilangkan kata atau
kalimat dari sumber kutipan kita.Kalaupun ada keraguan atau kesalahan dalam
kutipan yang kita ambit tersebut kita hanya dapat memandakannya dengan [sic!]
yang menandakan kita mengutip langsung tanpa ada editan dan kita tidak
bertanggung jawab jika ada kesalahan dari kutipan ynag kita ambil. Bila dalam
kutipan terdapat huruf atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh pengutip,harus
digunakan huruf siku [ ….. ]. Demikian juga kalau kita menyesuaikan
ejaan,memberi huruf kapital,garis bawah,atau huruf miring,kita perlu
menjelaskan hal tersebut, missal [ huruf miring dari pengutip ],[ ejaan
disesuaikan dengan EYD ],dll.
2. Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung adalah kutipan
yang telah kita ringkas intisarinya dari sumber kutipan aslinya. Kutipan tidak
langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda
petik.Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki,dapat juga dengan
sistem catatan langsung ( catatan perut ) seperti telah dicontohkan.
F.
Teknik Mengutip
Perbedaan antara kutipan langsung dan
kutipan tidak langsung (kutipan isi) akan membawa akibat yang berlainan pada
saat memasukannya dalam teks. Begitu pula cara membuat kutipan itu. Agar
tiap-tiap jenis kutipan dapat dipahami dengan lebih jelas, perhatikanlah
cara-cara berikut :
1. Kutipan langsung yang
tidak lebih dari empat baris
Sebuah kutipan langsung yang
panjangnya tidak lebih dati empat baris ketikan, akan dimasukkan dalam teks
dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Kutipan itu diintegrasikan
langsung dalam teks;
b. Kutipan itu diapit dengan
tanda kutip;
c. Jarak antara baris dengan
baris dua spasi;
d. Sesudah kutipan selesai
diberi nomor urut penunjukkan setengah spasi ke atas, atau dalam tanda kurung
di tempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat
terdapat kutipan itu.
Contoh :
Arti detugasi dapat kita lihat
melalui batasan-batasan berikut : “Detugasi atau pemberian merupakan sebuah
bentuk yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan
perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan” (Gorys, 1981 : 93).
2. Kutipan langsung yang
lebih dari empat baris
Kutipan langsung yang panjangnya
lebih dari empat baris ketikan ditulis
dengan cara-cara berikut :
a. Kutipan itu dipisahkan
dari teks dengan jarak dua setengah spasi;
b. Jarak antara baris dengan
baris kutipan satu spasi;
c. Kutipan itu dapat diapit
atau tidak dengan tanda kutip;
d. Sesudah kutipan diberi
nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau ditempatkan dalam tanda
kurung nama sigkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat
kutipan itu;
e. Seluruh kutipan dimasukkan
ke dalam 5-7 ketikan; bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru, maka baris
pertama dari kutipan itu dimasukkan ke dalam lagi 5-7 ketikan.
Contoh :
...........
“Suatu fikiran yang telah tersebar dengan luas
sekali di kalangan orang banyak yang menggambarkan buku-buku sebagai
benda-benda tak berjiwa, tidak effektif [sic!], serba damai yang pada tempatya
sekali berada dalam kelindungan-kelindungan sejak dan ketenangan akademis dari
biara-biara dan universitas-universitas dan tempat-tempat pengasingan dari yang
lain yang jauh dari dunia yang jahat dan matrealistis ini" (Asrul Sani,
1959:7).
3. Kutipan tak langsung
Dalam kutipan tak langsung biasanya inti
atau sari pendapat itu yang dikemukakan. Sebab itu, kutipan tak
langsug tidak boleh mempergunakan tanda kutip. Beberapa syarat harus
diperhatikan untuk membuat kutipan tak langsung :
a. Kutipan itu diintegrasikan
dengan teks;
b. Jarak antara baris dengan
baris dua spasi;
c. Kutipan tidak dapat diapit
dengan tanda kutip;
d. Sesudah kutipan selesai
diberi nomor urut penunjukan spasi ke atas, atau dalam kurung ditempatkan nama
singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Contoh
...........
Pertama-tama harus dibedakan dahulu
atara kata ‘aksen’ dan ‘tekanan’. Dalam tata istilah ilmu bahasa ‘aksen’ tidak
sama dengan ‘tekanan’. Aksen lebih luas maknanya daripada tekanan. Tata aksen
dalam suatu bahasa memperbedakan suku-suku kata (yang sama bentuk
foneiksegmentalnya) dengan jalan titinada, kontur lagu, jangka bunyi, dan
tekanan. Dengan kata lain, tekanan itu hanya satu bagian dari kata aksen, di
samping unsur titinada, kontur dan jangka. (Hockett, 1955:43-66).
Catatan Kaki
A. Catatan kaki
Catatan kaki adalah daftar keterangan
khusus yang ditulis di bagian bawah setiap lembaran atau akhir bab karangan
ilmiah. Catatan kaki biasa digunakan untuk memberikan keterangan dan komentar,
menjelaskan sumber kutipan atau sebagai pedoman penyusunan daftar
bacaan/bibliografi.
B. Sistematika penulisan sunting
1. empat belas karakter dari
margin kiri dan berjarak empat spasi dari teks.
2. Catatan kaki diketik berspasi
satu.
3. Diberi nomor.
4. Nomor catatan kaki diketik
dengan jarak enam karakter dari margin kiri.
5. Jika catatan kakinya lebih
dari satu baris maka baris kedua dan selanjutnya dimulai seperti margin teks
biasa (tepat pada margin kiri).
6. Jika catatan kakinya lebih
dari satu maka jarak antara satu catatan dengan catatan yang lainnya adalah
sama dengan jarak spasi teks.
7. Jarak baris terakhir
catatan kaki tetap 3 cm dari pinggir kertas bagian bawah.
8. Keterangan yang panjang
tidak boleh dilangkaukan ke halaman berikutnya. Lebih baik potong tulisan asli
daripada memotong catatan kaki.
9. Jika keterangan yang sama
menjadi berurutan (misalnya keterangan nomor 2 sama dengan nomor 3, cukup
tuliskan kata ibid daripada mengulang-ulang keterangan catatan kaki.
10. Jika ada keterangan yang
sama tapi tidak berurutan, berikan keterangan op.cit., lih [x] [x] merupakan
nomor keterangan sebelumnya.
11. Jika keterangan seperti
opcit tetapi isinya keterangan tentang artikel, gunakan loc.cit.
12. Untuk keterangan mengenai
referensi artikel atau buku tertentu, penulisannya mirip daftar pustaka, tetapi
nama pengarang tidak dibalik.
C. Jenis-Jenis Catatan Kaki
Ada dua jenis catatan kaki yang biasa
digunakan dalam penulisan karya ilmiah, yaitu:
1. Catatan Kaki Lengkap
ditulis lengkap dengan mencantumkan nama pengarang, judul buku, nama, atau
nomor seri (jika ada), jumlah jilid (jika ada), nomor cetakan, nama penerbit,
tahun terbit, dan nomor halaman.
2. Catatan Kaki Singkat
ditulis singkat dan terdiri dari 3 macam yaitu:
a. Ibid. (Singkatan dari
Ibidum, artinya sama dengan di atas), untuk catatan kaki yang sumbernya sama
dengan catatan kaki yang tepat di atasnya. Ditulis dengan huruf besar,
digarisbawahi, diikuti titik (.) dan koma (,) lalu nomor halaman.
b. Op.cit. (Singkatan dari
opere citato, artinya dalam karya yang telah dikutip), dipergunakan untuk
catatan kaki dari sumber yang pernah dikutip, tetapi telah disisipi catatan
kaki lain dari sumber lain. Urutannya : nama pengarang, op.cit nomor halaman.
c. Loc.cit. (Singkatan dari.
loco citato, artinya tempat yang telah dikutip), seperti di atas tetapi dari
halaman yang sama : nama pengarang loc.cit (tanpa nomor halaman).
DAFTAR PUSTAKA
- Pengertian Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar yang
berisikan sumber-sumber informan yang telah digarap oleh penulis sebagai bukti
validnya data yang ia ambil. Sumber bacaan tersebut bisa berupa bacaan yang
dipublikasikan maupun belum, sumber bacaan yang dipublikasikan seperti buku,
majalah, surat kabar, dan yang belum dipublikasikan seperti makalah, keras
kerja, skripsi, tesis, dan disertasi. Melalui daftar pustaka ini, pembaca dapat
mengetahui segala sumber-sumber yang telah digunakan dalam karangan ilmiah. Dan
selain itu, daftar pustaka dapat juga menjadi tolol ukur bagi pembaca yang
berpengalaman, dengan melihat juga memahami bertalian atau tidak sumber-sumber
yang digunakan dengan isi pembahasan dan mereka juga dapat menilai mutu
pembahasan karya ilmiah tersebut[9].
Dalam karangan ilmiah, daftar pustaka
ditempatkan pada bagian tersendiri dan disusun secara alfabetis berdasarkan
nama pengarangnya. Untuk menyusun sebuah daftar pustaka, perlu diperhatikan
hal-hal berikut ini.
1. Nama pengarang yang
dipakai dalam urutan adalah nama keluarga. Jika terdapat nama gelar, maka nama
tersebut tidak dicantumkan. Jika nama pengarang terdiri atas dua atau tiga
nama, maka nama-nama tersebut dicantumkan semuanya dan nama pengarang paling
depan dicantumkan nama keluarga terlebih dahulu, sedangkan nama pengarang kedua
atau ketiga tidak. Apabila nama pengarang lebih dari tiga, maka dicantumkan mana
yang paling depan dan diikuti dengan singkatan et. al. atau dkk. Jika nama
keluarga sulit diketahui, maka nama pengarang yang terdiri dari atas dua atau
tiga kata dapat digunakan patokan nama belakang dianggap sebagai nama keluarga.
2. Apabila buku atau artikel
tidak memilliki nama pengarang, maka nama badan atau lembaga yang menerbitkan
buku atau artikel itu yang dimasukkan dalam urutan alphabet.
3. Jika beberapa sumber
bacaan yang digunakan merupakan hasil karya seorang pengarang, maka nama
pengarang tidak dicantumkan pada sumber berikutnya. Sebagai ganti digunakan
garis sepanjang lima atau sampai tujuh ketikan.
4. Apabila terdapat dua
sumber atau lebih dari seorang pengarang yang dimasukkan ke dalam daftar
pustaka, maka sumber tersebut disusun menurut tahun terbitnya.
5. Apabila terdapat dua
sumber atau lebih dari seorang pangarang yang diterbitkan pada tahun yang sama,
maka di belakang tahun diberi nomor urut a, b, c, dan seterusnya.
6. Judul buku ditulis dengan
huruf miring atau bergaris bawah. Judul artikel ditulis dalam tanda petik
rangkap (“…”) dan nama majalah atau surat kabar tempat artikel tersebut ditulis
dengan huruf miring atau bergaris bawah. Jika pustaka itu berupa makalah,
skripsi, tesis, atau disertasi, maka judul ditulis dalam tanda petik rangkap,
sedangkan etiket judul tersebut ditulis dengan huruf miring atau dengan garis
bawah.
7. Data publikasi dalam
daftar pustaka terdiri atas tempat penerbitan, nama badan penerbit, dan tahun
penerbitan yang ditulis dengan angka Arab.
8. Jarak antara baris dengan
baris untuk satu sumber adalah satu spasi, tetapi jarak antara sumber yang lain
adalah dua spasi.
9. Baris pertama dimulai dari
margin kiri, sedangkan baris kedua dan seterusnya dalam setiap sumber
dimasukkan ke dalam sebanyak 4 ketikan.
Cara menulis daftar pustaka bermacam-macam.
Penulis boleh memakai cara yang mana saja asal sudah disepakati dan taat asas.
Cara menulis daftar pustaka dalam karangan ilmiah yang disarankan adalah dengan
urutan sebagai berikut:
-
Nama pengarang (nama keluarga/nama belakang) diikuti tanda
koma (,) kemudian ditulis nama depan atau singkatannya dan diikuti tanda titik
(.),
-
Tahun penerbitan diikuti tanda titik (.),
-
Judul buku ditulis dengan huruf miring dan diikuti tanda
titik. Judul artikel dalam majalah, buloetin, dan surat kabar ditulis dalam
petik rangkap diikuti tanda koma (,). Selanjutnya, nama majalah, buletin, dan
surat kabar ditulis dengan huruf miring atau dengan garisbawah dan diikuti
tanda koma (,),
-
Tempat penerbitan diikuti tanda titik dua (:) dan selanjutnya
nama badan penerbit diikutu tanda titik (.).
-
Untuk majalah dan buletin, setelah nama majalah atau buletin
dicantumkan nomor penerbitan (jika ada) dan diikuti tanda titik dua (:),
selanjutnya dicantumkan nomor halaman tempat artikel itu berada dan diikuti
tanda titik (.). untuk surat kabar, setelah nama surat kabar ditulis tanggal,
bulan, dan tahun diikuti tanda koma. Pencantuman tahun di belakang bersifat
manasuka karena sudah dicantumkan di depan. Selanjutnya, ditulis nomor halaman
tempat artikel itu berada dan diikuti tanda titik.
Contoh:
Alwasilah,
A. C. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Alwi, H. 1993. “Bahasa Indonesia Menjelang Tahun
2000”, Makalah, dalam kongres Bahasa Indonesia VI. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Anwar, K.
1984. Fungsi dan Persatuan Bahasa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Arikunto,S. 1989. Manajemen Penelitian. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Dirjen Dikti, P2LPTK.
Badudu, J.S.
1992. Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
_______ 1993. Cakrawala Bahasa Indonesia I. Cetakan
Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
_______ 1995. “Cintakah Anda kepada Bahasa
Indonesia?”, Pikiran Rakyat, 18 April 1995, hlm. 8.
Marcellino, M. (1990). “Kata Pinjaman bahasa Barat
dalam Media Bahasa Indonesia”, dalam Linguistik Indonesia, Nomor 2 tahun
8:27-35
REFERENSI :
http://rewimolok.blogspot.com/2012/04/pengutipan.html
http://lytasapi.wordpress.com/2010/06/05/pengertian-fungsi-dan-jenis-kutipan/
http://www.maribelajarbk.web.id/2015/03/pengertian-dan-contoh-catatan-kaki.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Catatan_kaki